Aplikasi Leksikologi dalam Pembelajaran Qira’ah dan Tarjamah

Aplikasi Leksikologi dalam Pembelajaran Qira’ah dan Tarjamah

علم اللغة التطبيقى

penyusun :

  • Yazid hady   

 BAB I

PENDAHULAN

Leksikologi sebagai bagian ilmu dari ilmu liguistik murni (Ilm al-Lugah an-Nazhari ) yang mempelajari perkembangan makna kosakata pada bahasa dan merupakan bagian dari ilmu linguistic murni semantic tidak dapat dipisahkan dari leksikografi yang merupakan bagian dari ilmu linguistic terapan (Ilm al-Lugah at-Tathbiqi). Tanpa adanya seni leksikografi, leksikologi hanya berkutat pada kajian teoritis dan perdebatan tentang makna dan kata tanpa  bisa menghasilkan produk-produk berupa kamus-kamus bahasa yang berkualitas.sedangkan sebagian dari tujuan membaca dan tarjamah adalah ingin mempeoleh makna yang terkandung pada teks lisan maupun tulisan. Hasil dari kajian leksikologi ini diharapkan dapat membantu  para pembaca dan penerjemah untuk memperoleh pemahaman makna teks lisan maupun tulisan lebih dalam, sehingga mereka dapat memahami teks tersebut secara sempurna. Maka dari itu, makalah ini akan mencoba menjelaskan peengaplikasian Leksikologi dalam pembelajaran Qira’ah dan Tarjamah.

Dalam makalah ini pemakalah akan menjelaskan :

  1. Pengertian leksikologi
  2. Hubungan antara leksikologi dan leksikografi
  3. Pengaplikasian Leksikologi dalam pembelajaran qira’ah dan tarjamah

Semoga penyajian makalah ini dapat menjadi sebuah refrensi yang rasional dan objektif dalam memahami mata kuliah Ilm al-Lugah at-Tathbiqi  ini. Dan mampu kita manfaatkan dalam proses pembelajaran lain.

BAB II

PEMBAHASAN

  1. A.    Tentang Leksikologi

Leksikologi, dalam bahasa inggris dinamakan lexicology yang berarti ilmu/studi rnengenai bentuk, sejarah dan arti kata-kata.[1] sedangkan dalam bahasa arab, leksikologi disebut dengan ilmu Al-ma’ajim yaitu ilmu yang mempelajari tenitang selak beluk kamus.

menurut bahasa, lexicology berasal dan kata lexicon yang berarti kamus, mu’jam atau istilah dari sebuah ilmu.[2] menurut istilah, leksikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk makna/arti kosakata yang telah termuat atau akan dimuat di dalam kamus. Al-Khuli menerjemahkan istilah lexicology dengan sebutan ilm Al-Mufraclat (Ilmu Kosakata), bukan Ilm Al-Ma ‘ajim.[3] Menurutnya, pembahasan tentang kosakata dan maknanya telah termuat dalam ruang lingkup ilmu kosa kata (Ilm Al-Mufradat).

Selain istilah Leksikologi dan Ilm Al-Ma ‘ajim, ada juga beberapa istilah lain yang digunakan untuk menyebut ilmu tentang kamus. Misalnya saja, Ilm al-Allfadz, aI-Laffadzah, Ilm Dalalah Mu’j amiyah dan sebagainya.[4]

proses transfer dari bahasa lisan ke bahasa tulis menuntut para penutur bahasa ngembangkan ilmu tentang makna (semantik) untuk memahami kosakata lama maupun baru yang ada di dalam bahasa mereka. Interpretasi dan studi kosakata itu lebih dikenal dengan ilmu kosata (Ilm Al-Mufradat). Pada tahapan selanjutnya, hasil kajian dan penelitian dari  ilmu kosakata, terutama yang telah maupun yang akan dikodifikasi ke dalam sebuah kamus, melahirkan ilmu leksikologi.[5]

  1. B.     Lesikologi dan Leksikografi

Lesikologi atau ilmu kosakata adalah ilmu yang membahas tentang koakata dan maknanya dalam sebuah bahasa atau beberapa bahasa. ilmu ini memperioritaskan kajiannya dalam hal derivasi kata, struktur kata, makna kosakata, idiom-idiom, sinonim dan polisemi.

Dengan pengertian di atas, berarti Ali Al-Qasimy tidak membedakan antara istilah ilmu leksikologi (Ilm Al-Ma’ajim) dan ilmu kosakata (IIm Al-Mufradat). Menurutnya, kajian kedua bidang studi tersebut adalah sama. Dengan kata lain, ilmu leksikologi merupakan perluasan dari ilmu mufradat yang bertujuan untuk menganalisis kosakata, memahami dan menafsirkan makna kata hingga ke tahap merumuskan makna kosakata yang baku dan fushah dan layak dimasukkan ke dalam kamus. Makna sebuah kata yang telah tercantum dalam kamus disebut dengan ‘makna leksikon’.

Sedangkan Leksikografi (Dirasah Mu ‘jamiyah) adalah pengetahuan dan seni menyusun kamus-kamus bahasa dengan menggunakan sistematika tertentu untuk menghasilkan produk kamus yang berkualitas, mudah, dan lengkap.

Antara leksikologi dan leksikografi tidak bisa dipisahkan. Leksikologi tanpa leksikografi, tidak akan menghasilkan sebuah produk kamus yang baik, benar dan mudah dimanfaatkan oleh para pengguna bahasa. Sebaliknya, leksikografi tanpa leksikologi, juga hanya dapat melahirkan kamus-kamus yang tidak sempurna dalam mengungkap makna kosakata. Akan tetapi, ilmu leksikografi sebagai bagian dari linguistik terapan, lebih memerlukan hasil-hasil kajian atau penelitian dari ilmu Ieksikologi dalam upaya mewujudkan kamus yang baik, benar, lengkap dan memudahkan pembaca. Karena itu, istilah ‘ilmu leksikologi’ lebih umum daripada ‘ilmu leksikografi’. Menyebut ‘Ieksikologi’ berarti berhubungan dan mencakup ‘leksikografi’.

Munculnya perbedaan antara leksikologi dan leksikografi, tidak lepas dan pandangan para pakar linguistik yang telah membagi ilmu linguistik menjadi dua bagian, yaitu ilmu linguistik murni dan ilmu linguistik terapan. Adanya pembagian ilmu linguistik ini, jelas berpengaruh dalam memisahkan antara leksikologi dan Ieksikografi.[6]

Menurut Hilmy Khalil, Leksikologi adalah Ilm Al-Ma’ajim Al-Nadzari, yaitu kajian teoritis tentang makna leksikal dalam sebuah kamus yang bahasannya meliputi: karakteristik kosakata, komponennya, perkembangan maknanya dan lain sebagainya. Karena itu, leksikologi terkadang juga digolongkan sebagai bagian dari ilmu semantik (Ilm Al-Dalalah) karena memang topik kajian dan kedua bidang studi tersebut hampir sama. Hanya saja, cakupan Ieksikologi lebih terbatas pada perwajahan kamus dan hal-hal yang berhubungan dengan isi kandungan kamus.[7]

Sedangkan leksikografi (Ilm Al-Shina’ah Al-Mu’jamiyah) adalah bagian dari linguistik terapan (Ilm Al-Lughah Al-Tathbiqy) yang membahas tentang seni dan teknik  menyusun kamus, pemilihan kata serapan (dakhil), penentuan definisi kata, bahasan tentang kelengkapan komponen kamus, dan informasi lain yang fungsinya memberi pemahaman yang benar dan mudah tentang makna kosakata kepada pengguna kamus, seperti pemakaian gambar, peta, tabel, contoh pengguaan kata dalam kalimat dan sebagainya, sehingga perwajahan (performance) kamus menjadi lengkap dan sempurna.[8]

Secara teknis, Ali Al-Qasimy menjelaskan, bahwa leksikografi adalah ilmu yang membahas tentang lima langkah utama dalam menyusun sebuah kamus, yaitu:

  1. Mengumpulkan data (kosakata),
  2. Memilih pendekatan dan metode penyusunan kamus yang akan ditempuh,
  3.  Menyusun kata sesuai dengan sistematika tertentu,
  4. Menulis materi, dan
  5.  Mempublikasikan hasil kodifikasi bahasa atau kamus tersebut.

Dengan demikian, baik ilmu leksikologi maupun ilmu leksikografi, keduanya adalah bagian dari ilmu linguistik. Leksikologi, sebagai studi pengembangan dari ilmu semantik, menjadi bagian dari ilmu linguistik teoritis (Ilm Al-Lughah Al-Nadzary). Sedangkan Ieksikografi, sebagai studi pengembangan dari leksikologi, menjadi bagian dari linguistik terapan (Ilm Al-Lughah Al-Tathbiqy).[9]

  1. C.    Aplikasi Leksikologi dalam Pembelajaran Qiraah dan Tarjamah

Tarigan (1979 : 7) mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Pada halaman selanjutnya beliau juga menjelaskan bahwa “…membaca pun dapat pula diartikan sebagai suatu metode yang kita gunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain, yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.” Tarigan (1979 : 8).

Sedangkan membaca pemahaman menurut  pendapat Lado dalam Samhati (2003) bahwa membaca pemahaman adalah aktivitas pemahaman arti dalam suatu bahasa melalui tulisan atau bacaan. Pendapat ini menekankan pada dua hal pokok, yaitu bahasa dan simbol grafis.

Secara garis besar, proses berlangsungnya membaca pemahaman adalah sebagai berikut.

a)      Pengamatan dan pemahaman terhadap lambang-lambang bahasa.

b)      Pemahaman dan penangkapan makna yang tersembunyi dibalik lambang-lambang tersebut, baik makna pokok maupun makna tambahan.

c)      Bereaksi terhadap pengertian yang diperoleh, baik positif maupun negatif.

d)     Mengintegrasikan dan mengidentifikasikan pengertian atau gagasan tersebut dengan keseluruhan pengalaman dan pengetahuan, yang akhirnya berpengaruh terhadap individu yang bersangkutan dalam wujud pengayaan, pengalaman, perubahan sikap, cara berpikir dan pembinaan kepribadian (Sirait, 1984 : 10).

Pengaplikasian leksikologi dalam pembelajaran qiraah adalah dengan memberikan pengayaan kosakata. pengertian kosakata, yaitu kata-kata yang dikuasai oleh seseorang, kata-kata yang terdapat dalam satu bahasa, kata yang dipakai dalam satu bidang ilmu pengetahuan, kata-kata yang disusun dalam kamus secara alpabetis disertai penjelasan secara singkat dan praktis.

menurut  Tarigan (1985 : 2) menyatakan bahwa kualitas keterampilan berbahasa dan berkomunikasi bergantung pada kualitas dan kuantitas kosakata yang dimiliki oleh seseorang. Pemahaman berarti kesanggupan memahami dan menggunakan sesuatu (Depdikbud, 1993 : 48). Pemahaman bukan hanya sebatas kesanggupan dalam memahami, melainkan mencakup ingatan, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dengan kata lain, pemahaman berkaitan dengan aspek kognitif (Nurgiantoro, 1987 : 24).Dari uraian pengertian dan pemahaman di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pemahaman kosakata adalah suatu kegiatan dimana seseorang lebih menitikberatkan pada pemahaman kosakata, sehingga dapat memudahkan dalam mendapatkan informasi di dalam suatu bacaan.

Penulis berasumsi  Seseorang yang memiliki pemahaman kosakata yang baik maka akan dengan mudah dalam menangkap informasi dalam suatu bacaan. Di dalam membaca pemahaman dituntut adanya pemahaman kosakata, karena dengan pemahaman kosakata seseorang akan mudah memahami isi bacaan dan akan mudah pula dalam mengungkapkan kembali informasi apa yang telah  dibacanya.

Pemahaman kosakata merupakan salah satu faktor penunjang di dalam membaca pemahaman. Semakin tinggi pemahaman kosakata seseorang, maka kemampuan membacanya akan sangat tinggi. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang kurang memahami kosakata, maka akan mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan dan sekaligus akan sulit pula dalam mengungkapkan isi bacaan.

  • Langkah-langkah Pengajaran Kosakata

Di antara alternatif pengajaran kosakata dengan system terpisah (Nazhariyyat al-Furu’) adalah sebagai berikut :[10]

  • Guru mengucapkan kata baru beberapa kali
  • Guru menuliskan kata itu di papan tulis dengan harakat lengkap
  • Guru rnenjelaskan makna kata dengan teknik yang sesuai
  • Guru mcnggunakan kata itu dalam kalamat untuk memperjelas fungsi gramatikalnya
  • Siswa rnengulang-ulang kalimat yang mengandung kata baru itu secara klasikal, kelompok dan individual
  • Untuk kosakata tertentu, siswa dituntut untuk memperhatikan bentuk tulisannya
  • Guru menuliskan makna kata di papan tulis dan menulis kalimat yang mernperjelas penggunaan kata itu
  • Siswa membaca daftar kosakata baru yang tertulis di papan tulis
  • Siswa menyalin kata baru di buku tulis, berrikut makna dan contoh penggunaannya dalam kalimat

`     Dari 9 langkah tersebut, jelaslah bahwa:

  • Siswa menyimak model pengucapan sebelum dituntut melafalkannya
  • Siswa mengulag-ulang pengucapan kata baru setelah memahami maknanya, bukan sebelum memahamin maknanya.
  • Prosedur pengajaran kosakata bersifat komprehensif
  • Siswa mengulang-ulang kosakata baru di dalam konteks, bukan dalam bentuk kosakata lepas.

Selanjutnya, Terjamah adalah menyalin (memindahkan) suatu bahasa ke bahasa lain; mengalihbahasakan. Dalam pembelajaran Tarjamah maka para siswa akan belajar bagaimana proses penerjemahan. Dan  Penerjemahan adalah pemindahan pesan teks bahasa sumber ke bahasa sasaran, bukan pemindahan struktur bahasa sumber ke bahasa sasaran.

De Maar, dalam petunjuk-petunjuknya mengenai cara menerjemahkan, juga menunjukan adanya tiga tahap dalam proses penerjemahan:[11]

Bacalah dengan tuntas karanga dua atau tiga kali untuk memperoleh suatu pemahaman yang jelas mengenai arti umum dari seluruhnya maupun hubungan-hubungan dari bagian-bagiannya. Proses penerjemahan meliputi tiga tahap;

  1. Membaca dan mengerti karangan itu;
  2. Menyerap segenap isinya dan membuatnya menjadi kepunyaan kita.
  3. Mengungkapkannya dalam laggam bahasa kita dengan kemungkinan perubahan sekecil-skecilnya akan arti atau nadanya.

Seorang penerjemah terlebih dulu harus mengetahui jenis kamus. Berdasarkan kategori temanya, kamus sendiri terbagi menjadi dua. Pertama, kamus kosakata. Kamus jenis ini biasanya hanya menyediakan padanan atau sinonim pada tema terkalt. Kedua, kamus istilah. Kamus jenis ini berisi penjelasan lebih rinci terkait dengan tema tertentu yang disesuaikan pada bidang apa yang menjadi fokus perhatian kamus tersebut. Berdasarkan bahasa yang digunakan untuk memberi makna, kamus terbagi menjadi tiga: (1) kamus ekabahasa; (2) kamus dwibahasa; (3) kamus multibahasa.[12]

Penggunaan kamus sangat penting sekali dalam proses penerjemahan karena, diantara latihan bahasa arab yang efektif itu adalah dengan latihan (salah satunya menggunakan kamus), ketika menggunakan kamus, guru juga perlu mengenalkan berbagai macam kamus dan melatih cara menggunkanya kepada siswa karena melalui kamus , guru dapat melatih siswa mengetahui makna derivasi kata.

Kamus tidak hanya sekedar pencatat atau perekam makna kata, jauh lebih dari itu. Dalam beberapa hal kamus merupakan tempat penyimpanan pengalaman-pengalamn manusia yang telah diberi nama, dan dengan demikian merupakan  sarana penting bagi pengajaran kosakata. Kamus memberikan informasi mengenai derivasi kata, makna kata, ejaannya, dan ucapannya. Telaah kamus jelas meningkatkan pengertian para siswa akan istilah-istilah umum, teknis, dan sastra. Juga memberikan informasi mengenai penggunaan formal dan informal kata-kata, ugkaapan-ungkapan kata-kata asing, kata ganti diri, dan singkatan-singkatan.

Masih banyak siswa bahkan mahasiswa yang belum mengetahui benar-benar bagaimana cara menggunakan kamus dengan cara yang sebaikbaiknya untuk meningkatan serta memperkaya kosa kata mereka. Sayang sekali, batasan kata asing mungkin saja dapat dipahami pada saat membaca tetapi dengan cepat pudar menjadi  tidak jelas kalau para siswa tidak dapat menemukan petunjuk unggul untuk (i) memahaminya dengan mantap (ii) mengingatnya baik-baik, dan yang paling penting, (iii) mempergunakannya dengan tepat (Dale [ et al] ;1971 : 277).

Sekarang timbul pertanyaan dalam hati kita: apa sebenarnya kamus itu ?

Dalam Webster New collegiate Dictionary kita mendapati penjelasan bahwa: Kamus adalah karya acuan yang memuat kata-kata suatu bahasa atau suatu sistem atau bidang pengetahuan dimuat secara alfabetis dandiberi batasan; leksikon (1959 : 230).

Dalam The American College Dictionary dapat kita baca penjelasan yang mengatakan bahwa “Kamus adalah buku yang berisi pilihan kata-kata suatu bahasa, atau suatu kelas kata khsu, biasanya disusun secara alfabetis, dengan penjelasan-penjelasan mengenai maknanya serta informasi lainnya mengenai kata-kata, dinyatakan atau diekspresikan dalam bahasa yang sama atau dalam bahasa yang lain; (disebut juga) leksikon atau glosarr’ (Barnhart [ed] ; 1960 : 336).

Seorang ahli perkamusan, Ladislav Zgusta mengatakan bahwa salah satu dan batasan-batasan yang terbaik mengenai istilah “kamus” adalah yang diberikan oleh C.C. Berg, yang berbunyi : “Kamus adalah daftar bentuk-bentuk linguistik yang telah disosialisasikan yang tersusun secara bersistem, yang dihimpun dari kebiasaan-kebiasaan bahasa suatu masyarakat bahasa tertentu dan yang dikomentari oleh sang pengarang dengan cara yang sedemikian rupa sehingga pembaca yang memenuhi syarat memahami makna setiap bentuk terpisah, dan diberi informasi mengenai fakta-fakta yang relevan yang ada kaitannya dengan fungsi bentuk tersebut di dalam masyarakatnya.” Batasan ini berkenaan dengan tipe-tipe utama kamus, yaitu yang terutama sekali berhubungan dengan makna kamus atau lexical meaning (Zgusta ;1971 :197).[13]

Ada beberapa teknik membuka kamus yang harus dikuasai oleh seorang penerjemah. Berikut beberapa teknik yang harus dimiliki oleb seorang penerjemah:

  1. Pilihlah kamus yang proporsional dengan tingkat kesulitan dan jenis materi teks sumber (Tsu):

a)      Teks sederhana, pergunakan kamus Mahmud Vunus, Abdullah Nuh, Al-Kautsar, dan yang sejenis.

b)      Teks dengan tingkat kompleksitas dan kesulitan bahasa menengah, pergunakan kamus Al-Munawwir, Al-Mawrid, dan yang sejenis.

c)      Teks modern, pergunakan Kamus Al-’Ashri.

d)     Teks dengan tingkat kompleksitas dan kesulitan bahasa berat, pergunakan kamus Hans Wehr, Al-Mu’jam AI-WasIth, dan yang sejenis.

e)      Teks yang banyak berisi informasi tentang nama (al-a’lâm), pergunakan kamus Al-Munjid.

  1. Pilihlah kamus yang relevan dengan jenis materi teks sumber (Tsu);

a)      Teks yang membahas politik, pergunakan kamus istjlah teknis dalam bidang politik.

b)      Teks yang membahas ekonomi, pergunakan kamus istjlah teknis dalam bidang ekonomi.

c)      Teks yang membahas teknologi, pergunakan kamus istilah teknjs dalam bidang teknologi, dsb.

d)     Teks yang banyak menggunakan idiom, pergunakan kamus khusus idiom Arab-Indonesia.

e)      Teks yang banyak menggunakan kolokasi, pergunakan kamus kolokasi

  1. Kenali model penempatan entri kamus yang dipergunakan Dalam hal ini, secara umum ada dua model kamus.

a)      Kamus yang entrinya disesuajkan dengan urutan kosakata Arab yang dikembalikan kepada akar katanya (fi’l mâdhi verba perfektif atau mashdar; verbal noun), contoh Kamus Mahmud Yunus, AI-Munawwir dan Al-Bishri.

b)      Kamus yang entrinya diurutkan sesuai dengan bentuk jadian (derivas)-nya, contoh Kamus Al-AshrI, Al-Mawrid.

  1. Perhatlkan pola tidak teratur yang terladi pada Jam ‘taksir. bisa dimanfaatkan kamus khusus yang mengumpulkan entri bentuk mufrad dan bentuk jam’ atau bisa juga memanfaatkan Al-Mu’jam Al-Arabi Al-Asasi
  2.  Bila menemukan frasa yang suilt dltarjamahkan secara normal, maka curigai bentuk frasa itu idiomatik. Karenanya, segeralah merujuk ke Kamus Idiom ArabI-ndonesia Pola Aktif
  3. Agar mendapatkan infomasi yang lengkap ihwal makna suatu kata, lengkapilah dengan membuka ensiklopedia yang membahas kata dimaksud dan sesuaikan dengan konteks pembahasan pada kata itu, karena tiap kata bisa saja memiliki makna yang berbeda tergantung pada konteksnya.
  4. Ingat, secara umum susunan huruf yang membentuk kata dalam bahasa Arab terdiri dan tiga huruf. Oleh karenanya, buatlah analogi yang tepat dengan kata Arab berpola sejenis pada saat mencari kata yang berupa nomina. Fi’l mddhi mujarrod (verba perfektum takberimbuhan) dalam pencarian di kamus, diibaratkan sebagat sebuah “rumah” (kata dasar), sementara fi’l mudhdri’ (verba imperfektum), fi’i ‘amr (verba imperative), dan fl’l mazId (verba berimbuhan) diibaratkan sebagai sebuah “kamar” (kata turunan; bentuk derivasi dan infleksinya). Untuk mendapatkan arti fi’I mddhi atau fi’I mujarrad, umumnya penerjemah bisa mengatasi. Namun, untuk kasus fi’l mazId, perlu dianalogikan dengan pola yang ada dengan melakukan beberapa Iangkah yang nanti akan dijelaskan secara rinci di bagian contoh kasus. Ingat , makna di kamus biasanya yang tersedia secara umum adalah untuk bentuk mddhi (perfektif). Dengan demikian, perlu metode analogi dalam hal ini.

Untuk mencari kata يستغفر ada beberapa langkah yang bisa dilakukan. Langkah diperlukan untuk analogi dengan kata lain yang tidak terlalu akrab bagi penerjemah. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan agar penerjemah bisa meriemukan “rumah” dan “kamar” dan kata itu:

a)      Penerjemah harus membuang dulu huruf za’idah (afiks) pada kata itu, yaitu huruf yâ’, sehingga kata itu akan menjadi ستفر.

b)      Dalam bahasa Arab, tidak mungkin kata seperti ini bisa muncul, karenanya perlu ditambahkan alif sebelum kata itu. Setelah ditambahkan alif, kata itu akan menjadi استغفرُ

c)       Setelah itu, kata ini dinetralkan (di-fathah-kan) harakat-nya. Kata استغفرُ pun akan menjadi استغفرَ

d)     Pada tahap ini, penerjemah bisa mencari pola mana yang paling sesuai dengan kata itu. Carilah pola yang terdapat afiks ista- sebelum kata dasarnya.

e)      Bila ideritifikasi penerjemah benar, maka penerjemah akan mendapatkan pola Pola ini merupakan pola untuk fl’I mazId. Jadi, pola ini adalah “kamar” dan “rumah” yang berupa fi’l mujarrad yang berpola trikonsonantal, yaitu فعل

f)       Bila semua Iangkah tadi diterapkan dengan benar, maka melalui pencarian di kamus, penerjemah akan mendapati bahwa “rumah” kata adalah غفر dan “kamar” dan kata itu adalah استغفرَ

g)      Dengan demikian, kata يستغفر  mengikuti pola استفعل  , karena kata يستغفر   berbentuk mudhari’(yang dan bentuk mâdhI-nya hanya perlu diimbuhi yâ’-).

Langkah di atas bisa diperpendek (short cut) bila diketahui kata yang sedang dicari diketahui ber-wazan apa. Short cut tersebut sebagai berikut:

Langkah pertama, menghitung jumlah huruf pada kata itu. Lalu, cari wazan berjumlah huruf sama. Langkah kedua, buang huruf mudhâra’ah (afiks pemarkah verba imperfektif) untuk dikembalikan ke bentuk fl’I mâdhI. Langkah ketiga, cari kata dasar triliteral (fi’I tsulâtsI mujarrad), dengan menganalogikan pada wazan, setelah membuang huruf afiks (zâ’idah).[14]

v  Tenik pembuatan kamus dan Jenis-Jenis Kamus

Syarat kamus diantaranya lengkap, teratur,  dan tepat dalam pemilihan diksinya akurat.  Dan langkah-langkah dalam pembuatan kamus diantaranya :

  1. Pengumpulan berbagai kosakata yang ingin dijadikan kamus
  2. Berdiskusi dengan orang arab asli (melibatkan native speaker)
  3. Membandingkan mufradad yang telah disusun dan menentukan maknanya sesuai dengan konteksnya.
  4. Berdiskusi dengan para pakar bahasa untuk hasil terjemahan yang sesuai dan tidak salah

Berikut ini akan diberikan keterangan singkat  mengenai beragam jenis-jenis kamus agar mendapat gambaran umum tetang berbagai kamus sebagai berikut:[15]

  • Kamus ensiklopedik atau ensiklopedi adalah kamus yang paling besar dan terutama sekali memusatkan perhatian pada denotata kesatuan-kesatuan leksikal atau kata-kata.
  • Kamus diakronik terutama memusatkan perhatian pada sejarah, dengan perkembangan kata-kata (kesatuan-kesatuan leksikal), baik yang berkaitan dengan bentuk, baik yang berkautan dengan makna.
  • Kamus historis memusatkan perhatian pada perubahan-perubahan yang terjadi, baik dalam bentuk maupun dalam makna suatu kata (kesatuan leksikal) dalam suatu jangka waktu sejarah.
  • Kamus etimologis memusatkan perhatian pada asal usul kata; dapat dikatakan menggarap prasejarah kata-kata.
  • Kamus sinkronik mempunyai tujuan utama untuk menggarap persediaan leksikal suatu bahasa pada suatu masa tertentu atau pada satu tahap perkembangannya.
  • Kamus umum adalah kamus yang berisi segala kata dalam suatu bahasabeserta maknanya. Dan Kamus khusus adalah kamus yang garapan atau cakupannya terbatas pada suatu bidang saja.
  • Kamus kata-kata asing adalah semacam kamus khusus yang menangani kata-kata pinjaman atau kata pungut yang berasal dari bahasa asing.
  • Kamus singkatan adalah semacam kamus khusus yang memeusatkan perhatian pada kata-kata telekskopis, dan singkatan-singkatan yang lazim dipakai dalam suatu bahasa.
  • Kamus ideologis atau kamus sinonim adalah sejenis kamus terbatas yang memusatkan perhatian pada padananan kata ; kata-kata yang sama atau yang sama maknannya; atau pada istilah-istilah yang mempunyai hubungan simantis.
  • Kamus sistematik memusatkan perhatian pada kata-kata yang berhubungan secara semantic dalam kelompok-kelompok yang berdaraskan bidang-bidang onomasiologis dan di dalamnya berdasar pada struktur-struktur gagasan.
  • Kamus deskriptis-standard dapat digolongkan sebagai kamus deskriptis bahasa nasional standar, seperti yang dipakai pada batas waktu saat kamus itu disusun dan diharapkan akan dipakai untuk beberapa lama setelah penerbitan kamus tersebut.
  • Kamus deskriptis keseluruhan, kamus ini berbeda dari kamus deskriptis standar, yaitu :Memberikan jauh lebih banyak daripada bahasa nasional standar.Kamus ini tidak menggarap kata-kata masa depan.
  • Kamus ekabahasa atau kamus monolingual adalah kamus yang menyajikan satu bahasa saja dan .Kamus dwibahasa atau kamus bilingual adalah kamus yang menyajikan dua bahasa.
  • Kamus aneka bahasa atau kamus bahasa multilingual adalah kamus yang menyajikan lebih dari dua bahasa.
  • Kamus besar atau thesaurus adalah kamus yang memuat lebih dari 200.000 kata kepala atau enti.
  • Kamus sedang adalah kamus yang memeuat tidak kurang dari 40.000 kepala atau entri. Dan Kamus kecil adalah kamus yang memuat tidak kurang dari 10.000 kata kepala atau entri

BAB III

PENUTUP

Dapat kita ketahui Aplikasi leksikologi dalam  pembelajaran Qira’ah dan Tarjamah tidak dapat dipisahkan antara keduanya. Sebab Leksikologi mendukung para pembaca dan penerjemah memperoleh pemahaman yang sebenarnya dalam teks tulis dan lisan tersebut. Penggunaan kamus dalam penerjemahan bahasa arab atau asing sangat diperlukan sekali, seperti yang kita ketahui begitu banyak makna atau arti dalam 1 kosakata tersebut, maka dari itu kamus sangat perlu  untuk digunakan dalam proses mengalihbahasakan dan untuk mencegah kesalahan dalam penerjemahan.

kemampuan membaca pemahaman dapat ditingkatkan melalui peningkatan pemahaman kosakata, karena dengan pengajaran kosakata diharapkan para siswa/mahasiswa dapat memiliki pemahaman kosakata yang baik sehingga  akan dengan mudah dalam menangkap informasi dalam suatu bacaan dan dapat mempergunakan kata-kata yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Al-Khuli,  Muhammad, 1982. A Dictionary of Theoretical Linguistics. Lebanon: Maktabah Lubnan.

Echols, John M. dan Hasan Syadliy,1996. Kamus Inggris Indonesia Jakarta: PT Gramedia.

Hidayatullah,  Moch. Syarif, 2010. Tarjimu Al-Aan Tangerang; Dikara.

Khalil, Hilmy,  Muqaddimah li Dirasah Al-Lugah.  Iskandariyah: Dar Al-Ma’riah Al-Jami’iyyah.

Research and Studies Centre, 2004. The Dictionary English-Arabic. Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Prof. DR. H. G. , 1993. Pengajaran Kosakata.Bandung; Angkasa.

Taufiqurrochman,  H.R.,2008. Leksikologi Bahasa Arab. Yogyakarta: SUKSES Ofsset

Widyamartaya,  A., 1994. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisus.


[1] John M. Echols dan Hasan Syadliy, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT Gramedia 1996), hlm 356

[2] Research and Studies Centre, The Dictionary English-Arabic (Lebanon: Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2004), hlm. 446

[3] Muhammad Ali Al-Khuli A Dictionary of Theoretical Linguistics(Lebanon: Maktabah Lubnan, 1982), hlm.154

[4] H.R. Taufiqurrochman, Leksikologi Bahasa Arab (Yogyakarta: SUKSES Ofsset, 2008), hlm.2

[5] Ibid, hlm. 3

[6] Ibid, hlm. 6-7

[7] Hilmy Khalil,  Muqaddimah li Dirasah Al-Lugah (Iskandariyah: Dar Al-Ma’riah Al-Jami’iyyah), hlm. 333

[8] Ibid, hlm. 338

[9] H. R. Taufiqurrochman, Op. Cit., hlm. 3

[10] Dr. H. Aziz Fahrurrozi , M.A. dan Mukshon Nawawi, S.Ag., Metodologi Pengajaran Bahasa Arab II. (FITK PBA). Hlm.20-21.

[11] A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisus, 1994), cet IV, hlm. 15

[12] Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjimu Al-AanI (Tangerang; Dikara, 2010), hlm. 35

[13] Prof. DR. H. G. Tarigan, Pengajaran Kosakata (Bandung; Angkasa, 1993), hlm. 229-230

[14] Moch. Syarif Hidayatullah, Op. Cit., hlm. 35-37

[15] Prof. DR. H. G. Tarigan, Op. Cit., hlm. 233-238

Leave a comment